Couple Night Out! <3

Akhirnya…

Nonton berdua lagi.

picsart_01-08-09321756429.jpg

Setelah sekian purnama. 😂 Terakhir Papa dan Mamak menonton di bioskop berdua itu pas Arsyad masih digembol-gembol di dalam perut Mamak, awal 2015 lalu. Waktu itu nonton film Ada Surga di Rumahmu. Belakangan, kami memutuskan jika ada rencana menonton di bioskop, kami memilih film Indonesia. #SupportIndonesianMovie , hehee. Alasan lain adalah film produksi luar negeri itu mudah didapat nantinya untuk kemudian dinikmati di rumah saja dengan homemade popcorn. Nyamm.

“Yang, nonton AAC 2, yuk!” Ajak Papa di suatu sore.

Mamak saking berbinarnya sampai lupa jawab. 😂

Maka kemudian direncanakanlah beberapa hal terkait kencan kami ini:

  • Agenda. Kami batasi acara berduaan ini hanya sebatas menonton film Ayat-ayat Cinta 2 di bioskop dekat rumah dengan mengambil jam tayang paling malam (20.45 WIB di sini) dan main hockey di Gamezone beberapa menit sebelum teater dibuka.
  • Budget. Pengeluaran seharusnya tidal lebih untuk: membeli tiket “nomat”, koin untuk main hockey dan beli minuman/popcorn kecil (Alhamdulillah, dapat paket hemat yang isinya ice lemon tea, popcorn ukuran kecil dan roti mini 😆) , plus bayar parkir. They were less than 100k! Yippiii…! To be honest, tadi pagi sebelum kerja Papa bela-belain ke BI yang di Jl. Braga untuk menukarkan harta karun kami: si cepek ceng emisi tahun 1999! Daripada hanya jadi pajangan, mending ditukar jadi alat pembayaran yang sah dan dibelanjakan sehingga membuat kenangan #tsaaaah
Foto diambil dari http://www.uang-kuno.com. Tak sempat foto “uang kuno” kami sebelum ditukarkan.

  • Kiddos. Tentunya, kami perlu mengecek availability Enin dan Abah untuk bisa dititipi anak-anak. 🙈 Kami sengaja pilih jam malam, biar anak-anak tidak terlalu mengganggu istirahat mereka karena biasanya jam 8-an mereka sudah pulas. Maryam masih suka bangun di antara jam 23.00 sampai 01.00 untuk menagih jatah ASI tengah malamnya. Mamak pikir paling dia minta mimik sekali ke Eninnya. Disiapkanlah ASIPnya sebanyak dua kantung saja. Eh, tak tahunya, si nona malah anteng melek ingin diajak ngobrol sama Eninnya *tepokjidat*. Maapkan kami, Nin… 🙈
  • The after event. Ini paling penting. Kami perlu menyediakan sesi khusus untuk berdiskusi tentang apa yang sudah kami lakukan ini. Berfaedahkan bagi jiwa raga kami? Atau hanya sekedar pemenuhan nafsu hedonistik?

Pukul 20.10 kami berangkat bermotor ria. Angin malam yang semilir menerpa wajah yang baru terbangun dari lelap singkatnya sehabis Isya. (Lalu tulisan ini jadi puisi 😂) Jatinangor malam hari, sirna juga rasa rindu akanmu. Ditemani dia yang tersayang yang didekap dari belakang. (Tuh kan! Udahan ah sok-sok puitisnya 😅)

Sesuai rencana, setelah tiket didapat, kami turun ke lantai paling bawah satu-satunya Mall di daerah perbatasan ini. Buat apa? Main Hockey!!!! Two rounds and Papa won the game! -_- Kemampuan main Mamak menurun drastis nih setelah beranak dua. (Alasan macam apa ini?!) Karena waktu telepon kami menunjukkan angka 20.48, kami bergegas naik ke lantai paling atas, dimana teater nomor 1 menjadi tujuan. Seperti yang sudah diduga, kami tidak telat. Malah kami sempat nonton beberapa cuplikan film baru yang kemudian dijadikan to-watch list. The Commuter, salah satunya. Dibintangi Liam Neeson yang familiar di mata kami karena menonton sekuel Taken. 

So, how was the movie? 

InsyaAllah akan diulas di tulisan berikutnya. 😀 Secara keseluruhan, Mamak lebih suka Ayat-ayat Cinta 2 ini dibandingkan film perdananya yang rilis ketika Mamak dan Papa masih culun tapi manis khas anak SMA. Filmnya lebih segar dengan nuansa akademis yang lebih kental ketimbang film pertama. Pesona arsitektur eropa yang terekam dengan cukup apik, membuat mimpi Mamak untuk melanjutkan studi di luar negeri tersibak lagi. Bangun, Mak. Jangan mimpi aja digedein. Imbangi sama usaha yang cerdas dan do’a yang kenceng. 

Singkatnya, film yang kami tonton semalam membuat pikiran Mamak terusik dengan 3 hal:

  1. Ikhlas. Apa niat perbuatan baik terhadap sesama sudah benar niatnya?
  2. Ilmu yang tinggi harus diimbangi dengan iman yang tinggi pula. Iman comes first, smarts then. 
  3. Kang Abik menjadikan Aisha is the one and only woman for Fahri after the long and tough journey. Jadi ya, setelah perjalanannya yang berliku bersama banyak wanita di kedua film ini, Fahri akhirnya bersama Aisha juga.

Sekian cerita malam ini, yang disponsori oleh kopi robusta bergula yang diseruput sedikit selagi masih hangat, sebelum berangkat ke bioskop. Dan ditandaskan sesampaikan kami di rumah, membuat kedua mata ini masih lincah mengoreksi kata demi kata yang diketikkan oleh jemari. Sedang para ayat cintaku tengah terlelap di ruangan sebelah. *jreengg jreeeeeeng (suara gonjreng gitar ala amatir)

Film keren yang mungkin akan dikmati di ruang tengah kami beberapa bulan yang akan datang, menyelingi pekerjaan-pekerjaan yang terkesan membuat kami produktif padahal mah cari muka di hadapan-Nya.

Leave a comment